Mencontoh Pemimpin Abu Bakar RA

Sebagai seorang pemimpin harus siap menjadi contoh baik bagi bawahannya. Tidak hanya pintar menceritakan contoh yang baik tapi juga siap memberikan teladan lewat sikap maupun perilaku dalam kehidupan. Semua manusia memang diciptakan untuk menjadi pemimpin, pemimpin bagi diri sendiri, keluarga, maupun orang sekitar.

Contoh lah sahabat Rasul yaitu Abu Bakar AsSiddiq. Dalam pidato pertamanya saat Khalifah Abu Bakar Assiddiq ra dilantik menjadi pemimpin umat, ia tak menyatakan rasa syukur, apalagi terlihat gembira atau mengadakan pesta.

“Saudara-saudara, aku telah diangkat menjadi pemimpin bukanlah karena aku yang terbaik diantara kalian semuanya, untuk itu jika aku berbuat baik bantulah aku, dan jika aku berbuat salah luruskanlah aku. Sifat jujur itu adalah amanah, sedangkan kebohongan itu adalah pengkhianatan. ‘Orang lemah’ di antara kalian aku pandang kuat posisinya di sisiku dan aku akan melindungi hak-haknya. ‘Orang kuat’ di antara kalian aku pandang lemah posisinya di sisiku dan aku akan mengambil hak-hak mereka yang mereka peroleh dengan jalan yang jahat untuk aku kembalikan kepada yang berhak menerimanya. Janganlah diantara kalian meninggalkan jihad, sebab kaum yang meninggalkan jihad akan ditimpakan kehinaan oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Patuhlah kalian kepadaku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Jika aku durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada kewajiban bagi kalian untuk mematuhiku. Kini marilah kita menunaikan Shalat semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua.”

Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa mencontoh Abu Bakar RA dalam memimpin. Apa yang disampaikan Abu Bakar RA, beliau menjadikan bahwa pemimpin bukanlah yang terbaik atau paling benar dan tidak ada apa-apanya dihadapan Allah SWT Sang Pengatur Kehidupan. Tetap patuh pada Allah, karena dengan begitu Allah akan membantu melalui jalan mana saja yang tidak kita duga.

Pelajaran Sabar dalam Perpanjang STNK ITC Depok

image

Perpanjangan STNK sekarang pelayanannya sudah semakin bagus karena membuka layanan di outlet mall. Ini baru namanya customer needs, yang benar-benar dibutuhkan oleh konsumen. Sudah selayaknya SAMSAT berbenah agar pembayaran pajak juga tertib serta target penerimaan negara untuk masyarakat bertambah.

Hari sabtu aku perpanjang STNK di Mall ITC Depok. Outletnya selantai dengan wahana permainan anak-anak. Pertama datang sekitar jam 10an, antrian sudah mengular.

Awalnya aku bingung alur prosesnya seperti apa karena tidak ada pengumuman apa yang harus disiapkan dan proses awalnya harus bagaimana. Untung ada beberapa orang yang juga baru datang dan aku ikutin saja ke loket mana dulu. Mungkin mereka sudah biasa perpanjang dibanding aku. Dokumen sudah aku siapkan karena sebelumnya sudah searching di internet persyaratan dokumen perpanjang STNK. Dokumen sudah tersusun rapi di map yaitu stnk asli+fotokopi, ktp pemilik asli+fotokopi dan bpkb fotokopi. Awalnya nunjukin bpkb asli ya.

Setelah dikumpulkan di loket 1, sekitar 1 jam akhirnya dipanggil untuk membayar. Pembayaran transparant sesuai dengan stroke tagihan sekitar Rp 250rb, jadi tidak ada pungli lagi yang banyak dibicarakan orang. Aku juga pernah melihat sendiri di kantor SAMSAT, ada oknum internal yang menawarkan jasa lebih cepat dengan tarif sekitar 300rb. Aku tidak tahu pasti, hal tersebut diatur atau tidak ya. Sifat manusia pasti selalu merasa kurang, dikasih lembah pasti minta lembah satu lagi, sudah dapat gaji pasti minta tamahan uang lagi. Hehehe…

Walaupun prosesnya agak lama dan masih perlu ada perubahan tapi setidaknya layanan tersebut merupakan sebuah proses menuju lebih baik dari sebelumnya. Tapi mungkin perlu ditambahkan papan prosesnya, nomor antrian, jam buka tutup sesuai jadwalnya, pembayaran via e-banking dan jika perlu prosesnya dipercepat lagi.

Memang prosesnya agak lama ditambah penuh sesak, mungkin ini tempatnya menguji kesabaran. Harus sabar menunggu, ingat bahwa Allah SWT itu bersama orang yang sabar. Aku yakin jika dengan sabar itu ada hikmah dan pasti akan diberikan jalan terbaik-NYA.

cukup rasululloh yang patut jadi idola

Sekitar jam 8an, saat langit sudah petang, aku baru pulang kantor. Jam malam di Jakarta masih di ramaikan oleh para pencari nafkah yang baru pulang kerja atau mungkin masuk shift malam. Disela-sela himpitan orang dalam ruang gerbong tertutup ada sesuatu yang membuatku tertarik. Diantara orang-orang dengan wajah lelah ada seseorang yang sedang asyik bermain handphone. Jalan kereta yang tidak mengenal macet biasanya membuat ngantuk penumpang, namun gadis remaja itu masih belum lelah.

Remaja tersebut memasang wallpaper seorang bule. Kelihatan gambar tersebut artis cantik berambut pirang dan fashionable. Ya buah mangga jatuh tidak jauh dari pohonnya. Penampilan pemilik hp tersebut mirip bule di wallpapernya.

Boleh saja mengidolakan seseorang itu, asalkan tetap berpedoman pada hukum islam dan tidak mengumbar aurat. Atau bahkan tidak meniru kebiasaan buruk yang tidak patut dicontoh. Tidak perlu berlebihan dan ambil saja sisi positifnya.

Sedikit cerita mengenai pengalaman pribadiku dulu. Aku yang masih kuliah juga sempat memiliki beberapa idola juga. Dimulai dari idola pesepakbola, penyanyi dan artis film barat. Dimulai dari gambar poster, lagu, kebiasaan atau gaya hidupnya mulai aku contoh. Buka lain, semua itu mungkin terbentuk dari lingkungan. Teman-teman memiliki idola apa, aku juga ga mau kalah dong. Dia punya poster Metallica, aku pun juga harus punya foto musisi legendaris jimi hendrix, metallica, dan musisi cadas lain. Dia mengidolakan pemain sepakbola david beckham maka aku pun juga harus tahu biodata detail pemain sepakbola. Dia kolektor film-film dengan artis idola, maka aku pun juga ga mau kalah, walau pun ga bisa koleksi toys action figure atau kaset original setidaknya bisa simpen softfile filmnya. Semua itu sepertinya dilakukan untuk menjadi bagian dari mereka.

Ya inget lagu tombo ati salah satunya berkumpulah dengan orang soleh maka insyaAlloh hati tenang.

Lambat laun, padi semakin lama semakin menunduk. Semakin dewasa orang semakin juga harus pandai berpikir. Aku yang sempat memiliki beberapa idola artis barat mulai berpikir. Mereka bukanlah sosok yang sempurna. Mereka memiliki kebiasaan-kebiasaan yang pastinya berlawanan agama islam ku. Kebahagiaan, penampilan dan tingkah laku mereka dalam film bisa dibilang peran saja atau karakter semu di dalam akting.

Yah ada baiknya juga, karena uang pas-pasan jadi ga bisa ikut ini ikut itu beli ini itu juga. Ehehe, memang semua ada hikmahnya.

Pada akhirnya aku berpikir hanya Rasululloh lah yang patut jadi idola dan dicontoh sifat dan tingkah lakunya. Yap sudah pasti Rasululloh yang harus dicontoh karena Rasululloh lah nabi terakhir yang ditunjuk Alloh SWT Yang Maha Sempurna untuk mengajak umat muslim lebih baik. Semua itu juga sudah tertulis di Al Quran, pedoman hidup umat.

Yap idola bukanlah artis, musisi, politikus tapi Rasululloh kekasih Allah. Ingat jangan sampai kita silau oleh kesenangan/ gemerlap dunia dan sesungguhnya hanya di akhirat hidup yang abadi itu. Dan jika mau akhirat, ikutilah petunjuk Alloh yang diajarkan melalui Al Quran dan Rasululloh.

Aku berdoa semoga aku dan keluargaku muslim semua dapat selalu diberikan petunjuk ke arah yang benar sama Alloh dan wafat dalam khusnul khotimah. Semoga para idola2 artis yang kurang baik juga dapat bertobat. Amin

tiang tilang polisi

Jakarta, kota dengan sejuta kendaraan. Kendaraan tidak menjadi barang mahal lagi dan sudah bisa dinikmati oleh kalangan menengah ke bawah yaitu kendaraan roda dua alias sepeda motor. Dengan adanya sepeda motor, tak membatasi ruang bagi masyarakat kalangan bawah untuk dapat menikmati perjalanan jauh atau dekat. Imbasnya hal tersebut, Jakarta yang belum siap tata ruang gerak jalannya harus dipadati kendaraan dan kemacetan pun menjadi pemandangan sehari-hari.

Siang itu, saat menunggu antrian rambu lalu lintas diperempatan pancoran, dari arah menuju pasar minggu. Rambu lampu hijau yang ditunggu masih belum nongol dan masih memberikan kesempatan jalan kepada pengguna jalan dari arah lainnya.

Lampu hijau bergilir dijalanku dan aku yang mengendarai mobil, akhirnya bisa jalan walau agak pelan-pelan. Mobil mulai berjalan melewati garis perempatan. Aku belokkan mobil ke arah kanan menuju jalan simatupang. Memang jalan masih pelan pelan, membuntuti mobil di depan. Tiba-tiba saja, polisi sudah memberikan aba-aba berhenti dari depan.

Pikirku lampu sudah hijau, kondisi sabuk pengaman lengkap, plat nomor lengkap, dan kondisi mobil bisa dipastikan dalam keadaan layak jalan. Pedal gas tetap kuinjak. Namun polisi ternyata memang benar memberi aba-aba untuk berhenti. 

Setelah terhenti di bahu jalan, polisi itu meminta untuk dapat ditunjukkan kelengkapan ijin mengemudi. Sampil tersenyum, polisi itu membawa dokumen SIM dan STNK ke persinggahan polisi di bawah fly over.

Aku turun dan meminta penjelasan kesalahan apa yang aku perbuat. Penjelasan dari polisi cukup simpel bahwa aku telah melanggar rambu lalu lintas yaitu Lampu sudah merah dan aku tetap berjalan. 

Berapa kali aku sampaikan bahwa aku sudah mematuhi aturan dan lampu berubah merah saat aku jalan pelan dan sudah lewatin rambu jadi tidak melihat perubahan lampu, tapi tetap saja petugas itu menghiraukannya. 

Karena waktu sudah sore akhirnya aku putuskan untuk memberikan uang sebagai tanda damai. Mungkin ini yang sebenarnya mereka cari. Cukup 50rb, STNK, SIM dan KTP kembali. Bersyukur juga dia mau dan bisa diberikan dokumen identitasku.

Sambil berjalan menuju mobil, aku sempatkan menasehati bahwa sebaiknya lampu lalu lintas bukan menjebak masyarakat seperti itu tapi seharusnya memberikan peringatan yang jelas dan sewajarnya.

Jadi aku harap jangan sampai kejadian ini terulang kembali oleh teman2. Dan masukan untuk pengatur lalu lintas yang tugasnya mengayomi masyarakat, buatlah rambu yang jelas bukan menjadi tempat mencari kesalahan.

 

By : Ahmad jihan tamami

Road to New Kuala Namu Airport, Medan

Kejadian ini bermula saat sabtu pagi, yaitu ketika mulai bangun pagi. Dengan harapan bahwa pemesanan tiket dipagi hari akan murah, akhirnya aku putuskan untuk memesan tiket penerbangan dari jakarta ke medan untuk tanggal 6 oktober 2013. Kecanggihan teknologi sangat membantu sekali untuk pesan tiket lewat internet. Kapan pun dimana pun bisa di akses selama jaringannya lancar.
Harapanku saat itu harga tiket akan dibuka lagi dengan level terendah karena biasanya pemesanan pagi dengan siang harganya berbeda. Murahan pemesanan pagi. Mungkin karena sudah banyak aktivitas disiang hari, dan mulai banyak yang pesan tiket harganya dinaikkan dibanding harga di pagi hari di saat orang masih pada belum bangun.
Harapan itu sepertinya harus dilupakan karena ternyata harganya dibuka dilevel yang agak mahal. Padahal pemesanan 2 hari sebelum keberangkatan cuma 500 ribu, eh H-1 naik dikit ke 530an ribu. Maskapai penerbangan ini yaitu l*ion air. Berhubung tidak ada jadwal yang cocok, beralihlah pilihan ke cit*link. Dengan harga yang sama, tapi jadwal penerbangan cukup pas di 17.30.
Waktu sangatlah berharga, maka dari itu waktu bagi keluarga khususnya hari libur sangat menjadi prioritasku. Karena itulah jam pergi menjelang magrib cukup pas, paginya masih ada waktu untuk bersantai bareng keluarga.
Tidak ragu lagi, akhirnya proses pembayaran tiket dilakukan. Sebelumnya tidak lupa di cek dulu apakah jadwal penerbangan sudah sesuai. Iseng-iseng, pembayaran ku lakukan dengan menggunakan fasilitas e-payBRI. Sudah lama ingin mencoba layanan ini, mungkin ini waktu yang tepat untuk melakukannya. Prosesnya ga sulit, hampir sama dengan internet banking. Cukup memasukkan username dan password disettai dengan permintaan passcode yang dikirim melalui sms, maka proses pembayaran sudah selesai.
Saat pembayaran memang aku salah memasukkan passwordnya, akhirnya aku back browsernya dan aku coba memasukkan lagi. Done, akhirnya proses pembayaran berhasil dilakukan. Email konfirmasi dan sms pun aku terima.
Saat dilakukan pengecekan, aku kaget ternyata jadwal penerbangan tidak sesuai dengan yang aku pilih di awal. Jadwal menjadi maju 1 hari alias sore hari ini. Yang tadinya ngantuk, mata menjadi melek dan nyesel, apa yang terjadi beberapa detik yang lalu.
Langkah awal yang aku lakukan yaitu menghubungi call center. Call center maskapai baru bisa melayani perubahan jadwal jam 7 pagi. Maskapai ini hanya melayani pergantian jadwal bukan pengembalian uang. Untuk perubahan jadwal dan nama pun dikenakan biaya. Pergantian jadwal dikenakan biaya 200 ribu dan bisa dilayani dengan maksimal 24 jam sebelum keberangkatan. Berhubung hanya bisa dilayani 24 jam sebelumnya, akhirnya tiket yang sudah aku beli tidak bisa diubah jadwalnya. Hanya ada 2 pilihan, berangkat atau tiket hangus.
Aku juga sempat telp call center t*ket.com, penyedia layanan ticketing online. Kata operator memang awalnya pilihanku tidak salah yaitu di tanggal 6 oktober, eh karena gagal pembayaran, aku ulang lagi sepertinya tanggal sudah berubah dan sudah terlanjur aku bayar juga. Ya, apa mau dikata nasi sudah jadi bubur, sayang kalo dibuang, kalo bisa dimanfaatkan.
Diputuskan lah untuk berangkat sore nanti dengan dukungan istri. Istriku yang super dan selalu siap, menyiapkan bekal dan mengecek barang bawaanku. Sungguh istriku yang hebat, love you mama.
Perjalanan dari citayam ke bandara, aku ambil jalur kereta disambung damri dari pasar minggu. Perjalanan damri cukup hanya 30 ribu dan 1,5 jam perjalanan sudah sampai di bandara. Perjalanan disertai AC dan wifi memanjakan penumpangnya untuk menikmati perjalanan.
Setibanya di Bandara Soekarno Hatta, aku turun di terminal 1 C karena disini citilink berada. Di terminal 3C sebelumnya juga padat oleh penumpang yang mau ke Bali.
Tidak butuh waktu lama, akhirnya pesawat berangkat ke medan. Sekitar 2 jam di atas awan, pesawat akhirnya sampai juga di bandar udara internasional Kuala Namu, Deli Serdang, Medan. Sungguh megah bandara baru ini. Apalagi rencananya juga akan dibangun hotel dengan tarif per jam. Tapi cuaca hujan lebat yang turun di malam itu, dan aku pun kembali masuk ke bandara lagi sambil makan dan solat di dalam. Jam sudah menunjukkan pukul 21.00, rasanya malas juga jika harus melakukan perjalanan 29 km lagi menuju kota medan. Belum lagi jika macet di perjalanan dan aku juga baru pertama kali menginjakkan kaki di kota Medan. Malam itu juga, aku bermalam di bandara dengan jam operasional 24 jam itu. Banyak juga pelancong yang mungkin kelelahan atau sedang menunggu jadwal pemberangkatan pagi dengan bermalam di situ.
Cuaca yang cerah di pagi hari, perjalanan pun berlanjut menuju kota medan. Disini ada beberapa alternatif moda transportasi umum untuk para backpackers tanpa kendaraan pribadi. Telah tersedia ARS ( Airport Railways Service), bus damri, dan taksi. Perjalanan dengan kereta atau ARS bisa menjadi pilihan anda yang efisien waktu dan tidak kena macet. Cukup hanya sekitar 30 menit perjalanan anda akan sampai di Stasiun Medan Besar di pusat kota Medan. Untuk menikmati fasilitas ini anda harus merogoh gocek sedikit dalam yaitu 80 ribu per orang. Cukup murah dibanding dengan taksi yang mungkin sekitar 180ribuan dan ada resiko macet juga diperjalanan.
Akhirnya aku pilih Damri, tiketnya 15 ribu, dengan tujuan Carrefour Medan Fair Mall di Jl Gatot Subroto. Lokasi ini lebih dekat dengan hotel tempat menginap yaitu di Arya Duta Hotel yang terletak di jalan Maulana Lubis. Perjalanan dari mal ke hotel aku pilih naik taksi. Taksinya ada yang borongan dan argo. Karena tawar menawar dari 40 ribu, akhirnya dapat juga 20 ribu. Entah utu harga yang wajar atau bukan, aku niatin aja buat ngebantu mereka. Toh mereka juga sama-sama para pencari kerja, sama sepertiku juga, hehe. Asalkan harga yang dipatok tidak keterlaluan saja.
Pembangunan di Indonesia sekarang sudah cukup bagus. Terutama pembangunan sarana dan prasarana transportasi umumnya. Ditambah lagi dengan layanan jaringan internet yang sangat membantu untuk pemesanan tiket serta mengetahui peta jalan. Syukur alhamdulillah kenikmatan telah diberikan Allah SWT kepada kita dan sudah selayaknya kita menunaikan kewajiban kita untuk memuji serta beribadah kepada NYA. “sesungguhnya Allah telah memberikan nikmat yang banyak. Maka dirikanlah solat karena Tuhanmu dan berkorbanlah”, QS Al Ikhlas 1 & 2.

hari-hari di kota pati

Setelah menempuh perjalanan 7 jam dengan kereta dan disambung 2 jam perjalanan lewat jalan adpal akhirnya sampai juga di kota pati. Kota ini mengingatkan masa kecilku. Banyak pengalaman yang ku dapat semasa kecil.
Walaupun banyak perubahan yang terjadi akhir-akhir ini. Banyaknya gedung-gedung yang mulai menutupi lahan tanah,tidak begitu banyak mengubah kondisi perekonomian rakyat pati yang memang mayoritas adalah petani. Terlihat di pagi hari tidak banyak aktifitas di rumah, dan warga lebih sering terlihat di sawah- sawah.
Tanah di pati cukup subur,banyak tanaman yang dapat tumbuh dengan baik disini.semisal padi, ketela,jagung, tebu dan lain sebagainya sejenis palawija. Kondisi air yang cukup juga mendukung tumbuh dan kembangnya pertanian disini.
tapioka merupakan tepung yang dihasilkan pati dengan ekstrak air ketela dan dikeringkan sehingga membentuk butiran-butiran halus. Bahan ini sering digunakan untuk camputan makanan dan kue. Biasanya untuk kue-kue yang tidak perlu membutuhkan pengembangan kue.
Daerah industri tersebut dikenal dengan nama margoyoso atau kajen. Tiap lewat ditempat tersebut, asal anda tahu, ada bau khas tersendiri. Mungkin bagi orang yang pertama kali lewat akan terasa tidak enak. Tapi bagi penduduk situ, bau itu harum seharum dari hasil yang dihasilkannya dalam bentuk rizki bagi mereka.
Dipinggiran jalan banyak terlihat aktifitas truck bermuatan ketela yang siap diolah ditempat tersebut. Namun sayang, adanya potensi ekonomi yang cukup besar tersebut kurang begitu didukung dengan hadirnya infrastruktur yang baik dari pemerintah. Kondisi jalan menjadi rusak mengingat seringnya keluar masuk truck-truck bermuatan berat. Warga lain yang melintas cukup terganggu dengan rusaknya jalan tersebut. Terlebih lagi, disaat hujan akan memperparah situasi jalan juga.
Entah apa yang harus dilakukan, menunggu atau menanti inisiasi dari bupati baru pati yang baru dilantik tahun 2012 kemarin. Semoga segala potensi ekonomi dengan kondisi lahan yang subur dapat segera didukung dengan infrastruktur yang baik.
Berbeda dengan ketela yang ada di pati bagian utara, ke arah timur lagi akan kita temui ladang tanah yang terisi air asin. Yap ini lah yag di sebut tambak. Isinya macem-macem ada ikan, atau emang sengaja cuma diisi air yang nanti menghasilkan garam.
Tempat sentral itu namanya juwana. Kecamatan kecil yang berada di jalur ramai akses surabaya semarang. Tidak hanya disini saja, di daerah patiutara juga telah terdapat tambak-tambak baik udang, bandeng dan lainnya.
Usaha ternak ikan bandeng tidak selamanya jaya. Banyak faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh petani. Dari makanan, kadar oksigen air, kondisi ke asinan air,cuaca dan lain-lain harus selalu dipantau. Jika lepas sedikit saja, sama seperti manusia, ikan juga akan stress yang akhirnya mempengaruhi kelangsungan hidupnya atau berpengaruh terhadap income yang di dapat petani nanti.
Yap itulah sepintas cerita usaha agribisnis yang berkembang di pati. Semoga saja petani di Indonesia tetap jaya dan gigih dapat menstabilkan harga perekonomian dalam negeri. Selain itu juga dapat bersaing dengan gencarnyaproduk-produk impor yang kian hari kian tak terbendung dan cukup mempengaruhi ekonomi nasional.

Berbagi pijakan di atas kereta

Jakarta merupakan kota dengan populasi penduduk yang cukup banyak. Beragam suku bangsa dan negara tumpah ruah di daerah yang mereka sebut sebagai Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Yap, salamat datang di kota berhutan beton, lautan motor, kota tak mengenal istirahat dan predikat-predikat lainnya.

Jalanan mungkin menjadi tempat singgah kedua setelah rumah. butuh waktu yang cukup lama untuk melakukan perjalanan karena disini adalah gudangnya kemacetan. Entah apa penyebabnya, apakah jumlah dari kendaraan bermotor sudah melebihi dari kapasitas jalan atau faktor lain yang lebih darurat lagi. Hal ini sudah pasti sering menjadi topik janji pemerintah saat pemilihan kepala daerah dari dahulu. Sudah cukup banyak langkah yang dilakukan, tetapi mungkin belum ada yang cocok aja kali ya. Di mulai dari perbaikan jalan, penambahan jalan, pemberlakuan jalur 3in1, beroperasinya transjakarta dan lebih banyak lagi dan dirasa ga perlu di tulis satu per satu deh.

Transportasi umum mungkin menjadi pilihan dari pemerintah untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi masyarakat di jalan. salah satu moda transportasi itu adalah kereta listrik. Kereta ini menjadi salah satu pilihan favorit warga. selain harganya yang terjangkau, kereta juga tidak mengenal kemacetan.

Dibanding dengan sepeda motor atau mobil, perjalanan dengan kereta lebih cepat dan ga kena macet. apalagi murah menjadi daya tarik bagi commuter. Hal ini membuat warga ingin berebut naik dan bersatu mengitari lintasan kereta menuju jakarta. harga tiketnya miring yaitu 2 ribu untuk 5 stasiun pertama dan 500perak untuk 3 stasiun berikutnya. cukup murah bukan…

terkadang keramaian ini menjadi tempat favorit bagi sebagian orang (bukan termasuk saya yang pasti). termasuk tempat favorit para pencopet untuk menjalankan aksinya.

pernah pada pagi hari, saat kereta penuh, maling itu menjalankan aksinya. Sasarannya kali ini adalah ibu-ibu yang menggunakan tas kulit. Aksi yang dilakukan yaitu menusuk tas dari si ibu dengan pisau. Agar tidak ketahuan, tas ditusuk pelan-pelan dan dirobeknya. kerumunan dan desakan penumpang mungkin mengalihkan perhatian dari penumpang lain termasuk dari si ibu pemilik tas tersebut.

beruntungnya, saat kereta berhenti di salah stasiun dan menjadi longgar, akhirnya si pencopet turun dari kereta. sepertinya dia buru-buru pergi untuk menghilangkan jejak. Dan bersamaan dengan itu, si Ibu sadar jika tasnya sudah bolong bekas sobekan pisau. “Eeeeh, ternyata yang tadi jambret, pantes kok kerasa ada yang ganjel tadi”, ungkap si ibu sambil melihat isi tas barangkali ada yang hilang. Syukur setelah dicek ternyata tidak ada yang hilang.

Hmmm, tragis memang, disaat susah payah melakukan perjalanan untuk mencari sesuap nasi, ada yang memanfaatkan dengan cara yang tidak bermoral. Semoga saja hal ini menjadi pelajaran bagi kita, bahwa kita harus waspada di mana itu berada. dan juga tetap saling mengingatkan baik kepada pelaku maupun korban jika hal itu terjadi.

Dilema Optimalisasi

Bank merupakan sebuah lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk pinjaman. Penyaluran pinjaman ini sangat ditekankan oleh BI yang menjadi regulator perbankan. Buktinya, LDR sebuah bank harus di atas 78%. Artinya 78% dari dana yang dihimpun lewat tabungan, giro maupun deposito harus disalurkan dalam bentuk pinjaman. Jika tidak, denda akan dikenakan terhadap bank yang LDR nya kurang.

Tidak lain, maksud dari adanya batasan LDR adalah supaya bank beroperasi sesuai dengan fungsinya untuk menghimpun dana dan menyalurkan dana tsb lewat pinjaman buat sektor usaha. Hal ini akan mendorong perekonomian dalam negeri meningkat.

Terlepas dari adanya ketentuan LDR, target perolehan laba bank dari penyaluran kredit tiap waktu juga semakin meningkat. Walaupun laba bank ada yang dihasilkan dari fee based income atau laba yang didapat dari jasa-jasa produk perbankan non pinjaman tapi mau tidak mau bank harus menyalurkan kembali dananya minimal 78% dari dana yang terhimpun.

Untuk menunjang perolehan laba dari pinjaman, maka tiap tahun bank-bank membreakdown target pinjaman. Yang pasti untuk kondisi Indonesia sekarang, target akan selalu naik. Pertumbuhan ekonomi yang mencapai kisaran 6,3% menjadi alasan kuat bahwa potensi yang masih bagus ditengah turunnya perekonomian dunia.

Breakdown target terus menerus dimonitor dan ditingkatkan. Akibatnya target dari penyaluran pinjaman ke masyarakat yang terus naik terkadang kurang pas diberikan. Berdalih untuk mengejar target, mereka mencairkan pinjaman tanpa memperhatikan kebutuhan dari nasabah. Total pinjaman menjadi lebih besar dari apa yang sebenarnya dibutuhkan. Hal ini menyebabkan kurang optimalnya pemakaian pinjaman.

Dana pinjaman yang telah dialokasikan, namun pemakaian kurang optimal bisa menjadi pemicu inefisiensi keuangan. Cost bagi bank terus bertambah, namun benefit dari pinjaman kurang optimal.

Pada akhirnya, pengoptimalan dana pinjaman sangat diharuskan untuk sering dilakukan. Day by Day, Week by week, atau month by month menjadikan nasabah harus merelakan dana pinjamannya digunakan sepenuhnya. Sistem bunga harian, yang menjadi biaya bunga nasabah harus direlakan dibayar walaupun kondisi usaha saat itu belum dirasa membutuhkan.

Adanya sistem tersebut juga menjadi point plus bagi unit kerja. Keragaan outstanding pinjaman suatu unit kerja menjadi bertambah.

Terkadang jika dipikir-pikir hal ini tidak sesuai dengan sistem pinjaman berupa sistem rekening koran dengan plafond tetap. Sistem ini memberikan kelonggaran pada peminjam untuk menarik atau setor dana pinjaman sewaktu-waktu.

 

Tapi justru sistem optimalisasi pinjaman ini bisa memicu untuk lebih meningkatkan kinerja usahanya. Mau tidak mau, mereka harus bisa menggiatkan kondisi perekonomian. Jadi tidak harus menunggu di musim-musim tertentu.

Perekonomian yang dipacu untuk terus berjalan akan membuat para pengusaha berpikir dan bertindak inovatif. Tidak bisa dipungkiri lagi, ke depan perekonomian dalam negeri bisa kuat atau bahkan mendorong pembukaan pasar di luar negeri lewat pasar ekspor. Jika hal ini terjadi dengan baik, disinilah sebenarnya peran dari perbankan yang berhasil membantu mengkokohkan perekonomian negara.

By : ahmad jihan tamami

tetap menjadi yang terbesar dan tersebar

Perusahaan perbankan ini merupakan perusahaan yang sudah se abad lebih berdiri. Di tahun 2012 kemarin, baru saja merayakan hari ulang tahunnya yang ke 117.

Tidak khayal perusahaan yang berdiri dari sebuah kas masjid dan fokus ke dalam segmen mikro ini, jika semasa hidup hingga sekarang telah menyabet berbagai gelar. Di tahun 2005 hingga sekarang dinobatkan sebagai Bank dengan perolehan laba terbesar. Lewat produk tabungannya pula bank ini meraih gelar topbrand award di tahun 2010. Dan bank ini pula telah diakui The biggest and the best microbanking in the world. Buktinya bank ini telah memiliki 10.000 ribu bahkan lebih unit kerja yang tersebar di seluruh pelosok negeri.

Perolehan laba besar mengundang dan menarik para pesaing untuk ikut mengambil bagian kue di segmen mikro. Yang dahulu bank hanya menyentuh para corporate perkotaan, maka sekarang sudah mulai menyasar ke pedesaan. Unit kerja-unit kerja berlabel unit mikro itu telah menjamur dan banyak ditemui di pedesaan. Harapannya mereka bisa memiliki nasib untuk mendapatkan laba terbesar juga.

Sebab lain, mereka para perbankan bergerak ke mikro karena sektor ini amatlah kuat dan stabil perekonomiannya. Di saat ada badai krisis hebat ekonomi dunia tahun 1990-an dan di tahun 2008, sepertinya hanya berdampak sedikit bagi kestabilan ekonomi mikro. Daya konsumsi domestik yang sangat kuat telah membantu dari jeratan badai krisis.

Adanya persaingan perebutan pangsa pasar mikro ini akhirnya membuka pikiran manajerial bank untuk mengubah layanan dan mengembangkan produk yang innovatif. Pemasaran secara agresif tanpa didukung dari kemampuan manajemen dan layanan yang baik justru akan mengundang bahaya bagi kelangsungan hidup bank itu sendiri.

Dukungan layanan di bidang IT saat ini menjadi momok yang harus ditingkatkan. Pendapatan tambahan dari fee based income yang didapat dari penggunaan layanan IT nasabah, atau e-banking/electronic banking, akan mendukung penambahan laba bank. Tetapi dukungan IT yang bagus masih menjadi PR bagi bank dengan predikat laba terbesar ini. Jaringan kerja yang luas dan tersebar lebih dari 10.000 membuat sistem yang dimiliki cukup kewalahan. Akibatnya banyak sistem layanan yang sering offline atau lambat.

Selanjutnya, dukungan dari level manajerial terhadap semangat para pekerjanya sangatlah penting. Customer loyalty and satisfaction index erat kaitannya dengan loyalitas dan kepuasan pegawai (Employee loyalty and satisfaction). Bagaimana tidak, pegawai yang malas-malasan dan asal-asalan dalam pelayanan akan berpengaruh ke penilaian nasabah. Karena itu, pengembangan SDM harus selalu rutin dilakukan. Percuma jika semasa jabatannya, manajer tidak pernah membahas langkah atau proyek mengenai pengembangan SDM.

Turun tangan langsung dan monitoring secara aktif oleh jabatan selevel manajerial perlu dilakukan. Mereka harus turun langsung melihat realita di lapang dan bukan saatnya lagi hanya duduk di belakang meja sambil melihat laporan harian. Bila perlu komunikasi aktif baik dengan pelanggan maupun pegawainya dilakukan. Selain tahu kendalanya dilapang, minimal bisa menaruh empati atas pendapat yang mereka utarakan. Jadi, tidak ada lagi sistem tembok birokrasi yang menjadi penghalang dalam perubahan.

Terakhir, semua proyek di atas diperlukan monitoring aktif dari para manajer/ leadernya. Mereka harus disiapkan dan matang untuk menjadi penentu arah kemana perginya kapal berlayar. Karakter yang kuat harus bisa ditanamkan. Seperti cuplikan berikut, “The world’s best companies realize that no matter what business they’re in, their real business is building leaders”. So, menciptakan pemimpin yang profesional, berintegritas tinggi, dan kuat harus menjadi diprioritaskan.

Hal-hal di atas sangatlah membutuhkan daya  dan komitmen yang kuat. Dibutuhkan juga cost yang lebih. Tapi itulah yang harus dilakukan agar tetap eksis. Tidak menjadi masalah jika cost yang dikeluarkan sebanding dengan laba yang diperoleh baik dari segi material maupun immaterial.

By : Ahmad Jihan Tamami

Mr and Mrs Ang, Rahasia Sederhana di Kesuksesan Dagangnya

Dari kejauhan tampak toko dengan bangunan sudah tua. Letaknya di salah satu jalan raya di kota Nganjuk. Cukup strategis tempatnya, karena disini merupakan jalan ramai dan menjadi penghubung 2 kota. Toko tersebut berhias spanduk dan tempelan produk dagang. Media promosi bermacam-macam mulai dari kalender, jam dinding, dan buku catatan terpasang di tempatnya. Dinding bangunan lama itu cukup tebal. Seakan ingin menunjukkan begitu kokohnya, yang hingga kini masih bisa bertahan.

Tokonya memang tampak usang dan biasa saja, tapi sering truk atau mobil angkutan barang parkir di depannya untuk mengambil barang-barang yang berada di toko ini. Kendaraan bongkar muat barang itu terkadang membuat arus lalu lintas tersendat. Tak jarang pula banyak orang yang sulit untuk memarkir kendaraannya di kawasan itu. Termasuk saya yang harus mencari tempat parkir agak jauh yang lebih kosong.

Setelah menemuan tempat parkir, saya bertemu dengan kedua orang yang sedang sibuk melayani para pelanggannya. Bersama dengan para pegawainya mereka saling bantu membantu melayan pelanggan. Ada yang sibuk menghitung harga, mencocokkan barang dengan pesanan, dan ada yang mengangkut barang-barang.

Pemilik toko tersebut adalah Mr dan Mrs Ang. Usia mereka sudah lebih dari 60 tahun. Masa berlaku KTP mereka sudah seumur hidup. Usia yang seharusnya sudah pensiun itu, tidak menjadi kendala dalam menjalankan tokonya. Semakin berumur malahan mereka tambah giat dan tambah pengalamannya. Terbukti dari keluwesan mereka berdua dalam menghadapi pembeli yang memiliki beragam sifat tersebut. Tenang, ramah dan bersahabat dalam melayani pelanggannya.

Untuk menjaga stamina agar tetap fit dan total, Mr dan Mrs Ang sebelum membuka toko, sekitar jam 4 pagi biasa sudah bangun dan menjalankan aktivitas olahraga paginya. Kegiatan berlanjut dengan pergi ke tokonya. Jarak antara rumah dan toko tidak jauh. Mr Ang biasa membawa sepeda sedangkan Mrs Ang pergi jalan kaki atau naik becak.

Mereka merupakan sesosok pengusaha yang memiliki karakter pekerja keras, ramah /consumer oriented, inovatif dan teliti. Kerja keras dapat terlihat dari semangatnya sehari-hari dalam menjaga tokonya bersama para pegawainya. Usia sudah cukup berumur mengharuskan mereka saling bergantian antara pagi dan siang. Pernah dahulu Mrs Ang merasakan kurang enak badan. Baginya tubuh itu tidak untuk dimanja. Jika tubuh masih bisa diajak beraktivitas, maka harus digerakkan agar rasa sakitnya hilang. Dan memang dari pengakuannya sakit itu bisa sembuh. Tapi tidak semua sakit itu bisa diobati dengan begitu, katanya jika memang benar butuh istirahat harus di istirahatkan.

Dalam pelayanannya sehari Mrs Ang sering kali mengajak berbincang-bincang sedikit dengan para pelanggannya. Topiknya bisa apa saja, yang intinya ini untuk saling mengakrabkan dan terjalin bukan hanya hubungan bisnis tetapi ibarat seperti hubungan keluarga.

Untuk menjaga agar pelanggannya tidak berpaling hati ke toko lain, Mrs Ang memberikan toleransi pembayaran atau bisa membawa pulang barang dan membayar di kemudian hari. Selain itu pula, jiak konsumen ada kendala untuk pengambilan barang maka kendaraan milik Mrs Ang siap mengantar barang pesanan. Ya ini merupakan salah satu tindakannya mengenai consumer oriented itu.

Konsumen yang bertransaksi dengan menggunakan selembar kertas berisi pesanan di cek dia bersama salah satu pegawainya. Pegawainya membacakan dan Mrs Ang mengoreksi dengan mencoret tiap pesanannya jika pesanan sudah dilayani. Sistem dual control ini sering dilakukan karena dengan begitu adanya kemungkinan kliru dalam mencatat bisa diminimalisir.

Meski omsetnya per hari bisa mencapai Rp 100juta bahkan lebih, penampilan mereka tetap biasa saja. Berangkat kerja berjalan kaki atau menggunakan sepeda dan naik becak sudah menjadi kebiasaan walaupun mereka sendiri memiliki mobil pribadi yang bagus. Makanan mereka juga tetap menu rakyat dan menu kesukaannya yaitu beras merah, ikan-ikanan, dan sayur-sayuran. semua makanan yang mengandung sayur sangat mereka suka apalagi disajikan dengan jus buah segar. Sayur, buah dan menu masakan itu tersimpan di kulkas yang berbeda-beda lho agar bau dan rasanya tidak bercampur. Pernah waktu siang-siang saya kesana melihat Mrs Ang sedang makan nasi pindang dan dia sangat suka itu. Tidak selamanya menunya itu-itu saja, Sesekali waktu mereka juga makan-makanan kota berbau resto tapi itu juga tidak tiap hari.

Strategi yang dijalankan Mr dan Mrs Ang tersebut sekarang sudah membuahkan hasil. Sekarang tokonya menjadi salah satu toko terbesar di Nganjuk. Bersama anaknya pula mereka membuka swalayan dan minimarket untuk menangkap segmen belanja non grosir. Inni merupakan salah satu bentuk inovasi mengikuti pasar karena masuknya para pesaing seperti minimarket-minimarket berlogo lebah.

Sungguh menarik memang cerita dari sepasang suami istri tersebut. Semoga nanti bisa menjadi pelajaran bagi para pengusaha lainnya dalam menghadapi iklim persaingan yang hebat ini.

By : Ahmad Jihan Tamami