Dari kejauhan tampak toko dengan bangunan sudah tua. Letaknya di salah satu jalan raya di kota Nganjuk. Cukup strategis tempatnya, karena disini merupakan jalan ramai dan menjadi penghubung 2 kota. Toko tersebut berhias spanduk dan tempelan produk dagang. Media promosi bermacam-macam mulai dari kalender, jam dinding, dan buku catatan terpasang di tempatnya. Dinding bangunan lama itu cukup tebal. Seakan ingin menunjukkan begitu kokohnya, yang hingga kini masih bisa bertahan.
Tokonya memang tampak usang dan biasa saja, tapi sering truk atau mobil angkutan barang parkir di depannya untuk mengambil barang-barang yang berada di toko ini. Kendaraan bongkar muat barang itu terkadang membuat arus lalu lintas tersendat. Tak jarang pula banyak orang yang sulit untuk memarkir kendaraannya di kawasan itu. Termasuk saya yang harus mencari tempat parkir agak jauh yang lebih kosong.
Setelah menemuan tempat parkir, saya bertemu dengan kedua orang yang sedang sibuk melayani para pelanggannya. Bersama dengan para pegawainya mereka saling bantu membantu melayan pelanggan. Ada yang sibuk menghitung harga, mencocokkan barang dengan pesanan, dan ada yang mengangkut barang-barang.
Pemilik toko tersebut adalah Mr dan Mrs Ang. Usia mereka sudah lebih dari 60 tahun. Masa berlaku KTP mereka sudah seumur hidup. Usia yang seharusnya sudah pensiun itu, tidak menjadi kendala dalam menjalankan tokonya. Semakin berumur malahan mereka tambah giat dan tambah pengalamannya. Terbukti dari keluwesan mereka berdua dalam menghadapi pembeli yang memiliki beragam sifat tersebut. Tenang, ramah dan bersahabat dalam melayani pelanggannya.
Untuk menjaga stamina agar tetap fit dan total, Mr dan Mrs Ang sebelum membuka toko, sekitar jam 4 pagi biasa sudah bangun dan menjalankan aktivitas olahraga paginya. Kegiatan berlanjut dengan pergi ke tokonya. Jarak antara rumah dan toko tidak jauh. Mr Ang biasa membawa sepeda sedangkan Mrs Ang pergi jalan kaki atau naik becak.
Mereka merupakan sesosok pengusaha yang memiliki karakter pekerja keras, ramah /consumer oriented, inovatif dan teliti. Kerja keras dapat terlihat dari semangatnya sehari-hari dalam menjaga tokonya bersama para pegawainya. Usia sudah cukup berumur mengharuskan mereka saling bergantian antara pagi dan siang. Pernah dahulu Mrs Ang merasakan kurang enak badan. Baginya tubuh itu tidak untuk dimanja. Jika tubuh masih bisa diajak beraktivitas, maka harus digerakkan agar rasa sakitnya hilang. Dan memang dari pengakuannya sakit itu bisa sembuh. Tapi tidak semua sakit itu bisa diobati dengan begitu, katanya jika memang benar butuh istirahat harus di istirahatkan.
Dalam pelayanannya sehari Mrs Ang sering kali mengajak berbincang-bincang sedikit dengan para pelanggannya. Topiknya bisa apa saja, yang intinya ini untuk saling mengakrabkan dan terjalin bukan hanya hubungan bisnis tetapi ibarat seperti hubungan keluarga.
Untuk menjaga agar pelanggannya tidak berpaling hati ke toko lain, Mrs Ang memberikan toleransi pembayaran atau bisa membawa pulang barang dan membayar di kemudian hari. Selain itu pula, jiak konsumen ada kendala untuk pengambilan barang maka kendaraan milik Mrs Ang siap mengantar barang pesanan. Ya ini merupakan salah satu tindakannya mengenai consumer oriented itu.
Konsumen yang bertransaksi dengan menggunakan selembar kertas berisi pesanan di cek dia bersama salah satu pegawainya. Pegawainya membacakan dan Mrs Ang mengoreksi dengan mencoret tiap pesanannya jika pesanan sudah dilayani. Sistem dual control ini sering dilakukan karena dengan begitu adanya kemungkinan kliru dalam mencatat bisa diminimalisir.
Meski omsetnya per hari bisa mencapai Rp 100juta bahkan lebih, penampilan mereka tetap biasa saja. Berangkat kerja berjalan kaki atau menggunakan sepeda dan naik becak sudah menjadi kebiasaan walaupun mereka sendiri memiliki mobil pribadi yang bagus. Makanan mereka juga tetap menu rakyat dan menu kesukaannya yaitu beras merah, ikan-ikanan, dan sayur-sayuran. semua makanan yang mengandung sayur sangat mereka suka apalagi disajikan dengan jus buah segar. Sayur, buah dan menu masakan itu tersimpan di kulkas yang berbeda-beda lho agar bau dan rasanya tidak bercampur. Pernah waktu siang-siang saya kesana melihat Mrs Ang sedang makan nasi pindang dan dia sangat suka itu. Tidak selamanya menunya itu-itu saja, Sesekali waktu mereka juga makan-makanan kota berbau resto tapi itu juga tidak tiap hari.
Strategi yang dijalankan Mr dan Mrs Ang tersebut sekarang sudah membuahkan hasil. Sekarang tokonya menjadi salah satu toko terbesar di Nganjuk. Bersama anaknya pula mereka membuka swalayan dan minimarket untuk menangkap segmen belanja non grosir. Inni merupakan salah satu bentuk inovasi mengikuti pasar karena masuknya para pesaing seperti minimarket-minimarket berlogo lebah.
Sungguh menarik memang cerita dari sepasang suami istri tersebut. Semoga nanti bisa menjadi pelajaran bagi para pengusaha lainnya dalam menghadapi iklim persaingan yang hebat ini.
By : Ahmad Jihan Tamami